Maizena dari Hawai
Newsletter berbahasa Indonesia tentang tepung, a spontaneous- kind of mellow weekend writing.
Di newsletter ini ada tautan untuk resep Ayam Saus Inggris. Untuk mendengarkan podcast Lesehan Talk minggu lalu, klik di sini . Kalau kamu suka newsletter ini, silahkan berbagi dan subscribe
Akhir-akhir ini aku sering kepikiran tentang tepung. Dari tepung gandum sampai maizena. Semuanya bermula dari Astrid yang menyodorkan resep Ayam Saus Inggris keluarganya dan meyakinkanku bahwa tekstur renyah dari resep ini hanya bisa diciptakan oleh tepung sagu yang melumuri permukaan ayamnya sesaat sebelum digoreng.
Dalam hati aku bergumam, “Astrid, jangan mimpi kau, aku tinggal di ujung dunia yang tidak mengenal sagu”. Lalu aku balas pesan Astrid, bertanya sebaiknya bisa diganti apa itu tepung.
“Nggak bisa, ka. Paling enak tepung sagu”.
Aku membayangkan almari dapur Astrid di Jogja, yang berbagi ruang dengan oven kesayangannya. Oven yang ia beli di Denpasar saat ia masih tinggal di Bali dulu. Aku bayangkan almarinya penuh rempah dan pernak-pernik yang ia kumpulkan dari beragam tempat di Asia, salah satunya tepung sagu - mungkin merk Pak Tani. Astrid, temanku itu, bisa jadi sering memasak hal-hal yang berkuah kental ataupun yang butuh baluran tepung yang teksturnya cukup tipis dan bisa membuat segala hal menjadi renyah. Aku tak pernah mampir rumahnya, tapi aku coba membayangkan piring demi piring yang keluar dari dapurnya. Nasi punel yang baru tanak, Cap Cay, Ayam Saus Inggris keluarganya, atau Bubur Ayam Peranakan - yang menjadi jangkar saat hidupnya dioleng badai.
Dapurku jarang memasak yang seperti itu. Sekali pun tinggal jauh dari Indonesia, aku pun masih masak Pecel, Lodeh, dan Ikan Tongkol Kemangi (yang kemanginya aku gantikan dengan Basil dan entah ikan berdaging putih yang sampai sekarang pun aku belum bisa lafalkan namanya, baik nama Prancisnya atau Darijanya - tapi tukang ikan di pasar langgananku, tahu kalau itu ikan sukaanku). Sesekali, aku juga membuat kue di dapurku. Urusan tepung bukan masalah besar. Walau suatu ketika pernah menjadi masalah saat pasanganku memintaku untuk beli tepung pancake. Setibanya di supermarket, aku bengong 5 menit sambil mencari di google perbedaan ble tendre dan ble lain-lainnya. Ble adalah gandum dalam bahasa Prancis (bahasa resmi kedua di Maroko). Di Maroko, tepung gandum dibagi menjadi 4 hingga 5 jenis. Untuk pastry, kue, kue kering, atau yang bergerindil seperti semolina. Urusan tepung dan terjemahan adalah makan sehari-hariku. Selalu ada jeda 30 detik sampai 2 menit di kepalaku untuk menerjemahkan bahan - bahan di supermarket, kadang butuh waktu sedikit lebih lama saat harus menerjemahkan rasa dengan bahan yang berbeda. Pertama-tama memang cukup sulit; rasanya pikiranku lari ngalor ngidul. Lama-lama aku terbiasa berkelana di kepala. Kepalaku sudah mapan dikopyok. Lidahku pun sudah mulai biasa berurusan dengan tepung, sudah terbiasa pula mengucapkan bghrir dengan E yang hampir hilang ataupun croissant dengan huruf R yang timbul tenggelam di kerongkongan.
Suatu ketika aku melihat maizena di pojokan sebuah rak di supermarket. Astrid pasti akan ngotot kalau maizena tetap tidak bisa menggantikan sagu. Lalu aku ingat kotak kuning di almari dapur ibuku, ada petani bertelanjang dada sedang menggotong sebuah keranjang. Aku ingat pernah mengambil 2 sendok besar dari kotak itu dan seketika Jenang Grandul yang aku buat saat itu langsung berubah serupa Dodol. Aku ingat pula saat aku menumpahkan hampir seluruh isi kotak kuning itu ke lantai, tanpa sengaja. Seluruh lantai dapur terasa kesat - kau bersihkan dengan air pun, malah berubah seperti ingus. Air mataku terasa seperti maizena. Kental saat tangisku terisak, tapi lekas kering, kesat, dan meninggalkan jejak lembut esok harinya.
*Resep Ayam Saos Inggris hadir di newsletter Desember 2022 sebagai pendamping resep Sop Brenebon. Kebetulan baru kemarin masak Ayam Saos Inggris setelah nemu Worcestershire sauce.